http://lh5.ggpht.com/_RVpTV2JOOxA/S-5sHPOG-yI/AAAAAAAAC-8/aOb1yn36uAE/cursor_t4belajarblogger.gif"), auto;}

Selasa, 17 Juli 2012

SISTEM PERINGATAN DINI SEBAGAI ANTISIPASI TERJADINYA LONGSOR



BAB I
PENDAHULUAN

1.   
Latar Belakang
             Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan akan bencana tanah longsor.Untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan oleh bencana alam longsor tersebut, maka system peringatan dini ataupun teknologi penanggulangan bencana tanah longsor perlu di jelaskan atau di sediakan secepatnya baik kepada masyarakat setempat ataupun kepada ahlinya khusus untuk teknologi penanggulangan longsornya.2.      Rumusan Masalah
Apakah itu longsor hingga bisa memakan korban jiwa dan bagaimana model atau jenis tanah yang sering terjadinya longsor. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor, serta bagaimana cara penanggulan sejak dini atau teknologi-teknologi yang dapat mencegah terjadinya longsor.3.      UrgensiSelain kita bisa mengetahui apa itu kata longsor, disini juga kita bisa mengetahui jenis tanah longsor dan ciri-ciri akan terjadinya longsor. Perlu kita ketahui jenis tanah longsor dan cirri-ciri akan terjadinya longsor. Karena, dengan mengetahuinya kita dapat antisipasi terhadap kawasn yang sering terjadinya longsor. Seperti contoh yang coba saya jelaskan sedikit mengenai kelongsoran di area jalan Pusuk 20 desember 2012 serta Pemprov NTB siagakan penanganan bencana longsor. Selain kita mengetahui penanganan banjir Pemprov NTB disini juga kita akan mengetahui system penanggulangan dini sebagai penanggulangan kelongsoran dan teknologi-teknologi yang dapat mencegah terjadinya longsor.







BAB IIPEMBAHASAN1.      Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.2.      Jenis Tanah LongsorAda 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
Longsoran Rotasi Pergerakan BlokRuntuhan BatuRayapan Tanah Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.Aliran Bahan Rombakan
       Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air). Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.









1.      Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2.      
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3.      
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4.      
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5.      

6.      
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
 Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
3.      Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor antara lain :
1.      Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena  meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2.      Lereng terjal 
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3.      Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4.      Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5.      Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6.      Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7.      Susut muka air danau atau bendungan
 Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8.      Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9.      Pengikisan/erosi
10.  Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11.  Bekas longsoran lama Longsoran lama
Umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri: Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda. Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur. Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah. Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil. Longsoran lama ini cukup luas.
12.  Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri: Bidang perlapisan batuan
13.  Penggundulan hutan Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14.  Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisa tanah yang rendah untuk pembangunan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
4.      Tahap-tahap untuk menangani daerah rawan longsor
a.      Pengeboran
Pengeboran dilakukan untuk menjelaskan struktur geologi dan bidang longsor pada daerah longsoran. Pengeboran dilaksanakan sepanjang garis tinjauan yang dibuat sesuai dengan posisi dan arah longsoran, pada interval antara 30 m – 50 m. Tiga atau lebih lubang bor dibuat dalam blok longsor dan sedikitnya satu lubang bor dibuat di belakang mahkota longsoran dengan minimum empat lubang bor secara keseluruhan.
b.      Survei bidang gelincir
Survei bidang gelincir dilakukan untuk menentukan lokasi dari bidang gelincir. Ada dua metode untuk menentukan bidang gelincir, yaitu dengan analisis inti bor (boring core analysis) dan menggunakan alat untuk memantau. Analisis inti bor dilakukan dengan interpretasi secara geologi, baik interpretasi selama proses pengeboran maupun interpretasi berdasarkan pengamatan inti bor. Alat yang digunakan untuk pemantauan bidang gelincir antara lain adalah underground strain gaugeborehole inclinometer dan multi-layer movement meter. Ketiga alat tersebut dimasukkan kedalam lubang bor. Penyelidikan penurunan permukaan Investigasi penurunan bentuk permukaan dilakukan untuk menggambarkan batasan-batasan tanah longsor, ukuran, tingkat aktivitas dan arah pergerakan. Penyelidikan penurunan permukaan juga dilakukan untuk menentukan pergerakan blok dari longsoran utama. Adanya mahkota dan retakan yang melebar digunakan untuk menentukan apakah akan berpotensi untuk bergerak di masa mendatang. Alat yang digunakan untuk investigasi penurunan bentuk permukaan terdiri dari extensometer, tiltmeter dan GPS.
c.       Pengukuran muka air tanah
Pengukuran muka air tanah untuk menentukan hubungan antara curah hujan dan fluktuasi air tanah dan pengaruh pada tekanan pori pada bidang gelincir. Pengukuran muka air tanah dapat dilakukan pada setiap lubang bor. Alat yang digunakan untuk mengukur muka air tanah adalah pore pressure gauge. Jarak waktu pengamatan untuk pengukuran muka air tanah selama hujan yang sangat lebat pasti akan lebih ditingkatkan, untuk memahami hubungan antara curah hujan dengan muka air tanah.
d.      Pengukuran curah hujan
Pengukuran curah hujan dilakukan untuk menentukan hubungan antara hasil pencatatan curah hujan dan hasil pencatatan pergerakan tanah pada alat pengukur penurunan permukaan. Hasil pencatatan alat pengukur curah hujan dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil pencatatan pergerakan tanah yang dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas curah hujan, maka tanah cenderung akan mudah bergerak.
5.      Contoh kejadian longsor di jalan area Pusuk-Lombok Utara NTB
Telah kembali terjadi tanah longsor di pusuk tepatnya di kilometer 19 menuju arah kota Mataram (selasa, 20 desember 2011). Berdasakan informasi kejadian longsor ini terjadi sekitar pukul satu siang, yang diperkirakan akibat gerusan tanah yang labil dan hanyut terbawah air hujan yang cukup deras. Longsoran tanah dari bukut di atas hutan pusuk, menimbulkan gundukan tanah menutupi ruas dan badan jalan sekitar, lima meter. Namun kejadian itu tidak menimbulkan korban jiwa sebab pada saat kejadian kebetulan tidak ada kendaraan atau pengguna jalan yang melintas. Akan tetapi, membuat jalur Mataram-tanjung terputus total, hal ini memicu kemacetan yang cukup panjang dari arah mataram ke Lombok utara dan sebaliknya.
Sementara itu, dari pihak TRC atau personil tanggap darurat bencana BPBD kabupaten Lombok utara sudah mulai berdatangan untuk membantu para pengguna jalan/ hanya sekedar bersiaga di lokasi longsor. Demikian pula, untuk memperlancar arus jalan lalu linta, sejumlah aparat Dinas perhubungan KLU dilaporkan telah menutup jalur pemenang-mataram dan mengalihkan, jalur alternative bagi kendaraan jalur pemenang menuju senggigi. BPBD juga telah dilaporkan telah mengirimkan satu unit mobileksavator dan alat berat, untuk membersihkan gundukan tanah di sekitar area longsor.
Jadi, akibat kejadian longsor dipusuk ini, masyarakat yang akan menuju mataram dari KLU atau arah sebaliknya dihimau agar melewati jalan senggigi.
6.      Sistem Peringatan Dini
Perencanaan pemasangan alat pemantau gerakan tanah :
Penetapan lokasi pemasangan instrumen peringatan dini di lokasi penelitian didasarkan pada permasalahan teknik, kondisi longsoran dan kondisi sosial. Dari pengamatan lapangan, dalam blok longsoran memungkinkan untuk dibuat garis tinjauan sebanyak 2 buah yaitu pada kedua puncak dari blok longsoran. Pada masing-masing garis tinjauan dilakukan pengeboran sebanyak 3 lubang bor dalam blok longsoran dengan jarak antar lubang bor 40 meter dan satu lubang bor di belakang mahkota longsoran. Jumlah lubang bor secara keseluruhan sebanyak 8 lubang bor. Fungsi dari pengeboran antara lain untuk mengetahui struktur geologi dan bidang gelincir serta untuk memasang alat pemantauan muka air tanah (pore pressure gauge) dan alat pemantauan bidang gelincir (strain gauge/borehole inclinometer). Tiltmeter dipasang untuk mempelajari perluasan yang potensial dari area longsoran. Tiltmeter dipasang pada 4 titik yaitu 1 titik di belakang mahkota dan 3 titik dalam blok longsoran. Pada masing-masing titik dipasang 2 unit tiltmeter dengan arah utara-selatan dan barat-timur. Extensometer otomatis dipasang pada daerah dengan tingkat keaktifan pergerakan tanah yang relatif lebih besar. Extensometer otomatis sebanyak 2 unit masing-masing dipasang pada mahkota/tebing utama longsoran (main scarp). Extensometer manual sebanyak 3 unit masing-masing 2 unit dipasang pada scarp minor di bagian kaki longsoran dan 1 unit dipasang pada bagian pinggir sebelah barat tebing utama longsoran. Alat pengukuran pergerakan tanah sederhana menggunakan papan kayu memungkinkan dipasang sebanyak 3 unit pada scarp minor di bagian kaki longsoran, karena penurunan permukaan tanah belum besar. Pencatat curah hujan dipasang untuk mengukur intensitas curah hujan yang terjadi di daerah blok longsoran. Pencatat curah hujan otomatis sebanyak 1 unit dipasang pada perkampungan penduduk supaya aman dari longsoran dan dapat selalu dikontrol. Untuk bisa menjalankan suatu sistem peringatan dini bencana alam tanah longsor, alat-alat pemantau gerakan tanah yang dipasang tersebut harus dihubungkan dengan sirine yang penempatannya di perkampungan penduduk.  Disamping alat pemantau gerakan tanah yang telah disebutkan diatas, di daerah Dusun Lucu Palongan dan sekitarnya juga masih memerlukan beberapa alat lainnya untuk penanganan gerakan tanah dengan tipe jatuhan batu. Kondisi geologi di daerah Dusun Lucu Palongan dan sekitarnya didominasi oleh batuan breksi gunungapi yang pada umumnya sudah melapuk di bagian permukaan. Lapukan tersebut menghasilkan bongkah-bongkah batuan yang mudah lepas karena daya rekat antar fragmen batuan sangat lemah. Alat yang dapat dipasang untuk memantau gerakan tanah tipe jatuhan batu antara lain sensor kabel (wire sensor) dan sensor getar (vibration sensor)
Sistem penyampaian informasi peringatan dini Dari pengamatan di lapangan, sarana komunikasi antar warga sudah menggunakan handphone (HP). Pelaporan/penyampaian informasi saat terjadi bencana alam gerakan tanah secepat mungkin informasi dapat sampai ke warga masyarakat rawan longsor. Informasi adanya gejala/kejadian gerakan tanah melalui alat pemantau gerakan tanah yang dihubungkan dengan sirine. Kemudian informasi tersebut diteruskan sampai diterima oleh warga. Sistem pelaporan sebaiknya menggunakan peralatan alat komunikasi seperti telepon, handphone (HP) dan handytalky (HT), juga dapat menggunakan kentungan dengan cara estafet.
            Lima Cara Penanggulangan Tanah Longsor
            AnneAhira.com
1.      Tanam Pohon
Gerakan sejuta pohon yang di canangkan Pemerintah harus segera di realisasikan. Jangan indah dalam kata namun miskin aksi nyata. Menanam pohon akan membuat tanah menjadi segar kembali, asri dan sejuk. Fungsinya pun akan kembali sebagai penjaga keseimbangan kehidupan manusia, bukan perusak kehidupan Manusia.
2.      Tata Ruang
Kebijakan makro oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) tercermin dari pengelolaan tata wilayah. Berapa persen RTH yang di alokasikan. Apa kebijakan pemerintah mengenai pembangunan Mall. Ini terpusat pada rencana tata ruang dan wilayah. Tata ruang yang baik akan memberikan porsi yang banyak pada kawasan Hijau.
3.      Cagar Alam
Sekiranya daerah tanah tersebut memang rawan diganggu tangan-tangan jahil, sebaiknya dijadikan cagar alam saja. Pengawasan serius oleh pihak keamanan. Jadi, masyarakat yang membandel mau melakukan pembalakn liar atau pembangunan rumah bisa dicegah. Model kebijakan ini penting untuk aksi preventif. Istilahnya, sedia paying sebelum hujan, Sedia hutan sebelum tanah longsor.
4.      Relokasi
Kebijakan ini akan pasti menuai kontroversi karena menyedot dana yang tidak sedikit. Namun, relokasi dapat dipertimbangkan serius jika beban ancaman bagi masyarakat di anggap besar. Menyangkut nyawa, kita harus zero tolerance. Relokasi sangat berguna sekali untuk menghilangkan potensi tanah longsor yang sangat berbahaya.
5.      Early Warning System
Selayaknya bencana Tsunami, tanah longsorpun mesti mempunyai early warning system. How…?, jika pemerintah mau serius, bisa menempatkan operator keamanan di daerah rawan tanah longsor. Korban berjatuhan selama ini kerap dikaitkan kelambatan informasi yang diterima.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
           
Penanganan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sistem peringatan dini. Untuk bisa menjalankan suatu sistem peringatan dini bencana alam tanah longsor, alat-alat pemantau gerakan tanah harus dihubungkan dengan sirine. Jika sirine berbunyi, seluruh warga Dusun Lucu Palongan dan masyarakat yang berada di dalam blok longsoran akan mendengar bunyi sirine tersebut, masyarakat harus segera meninggalkan blok longsoran. Informasi terjadinya longsoran harus secepat mungkin dapat sampai ke warga Dusun Bretan dan Batuampar. Setelah mendapatkan informasi, warga harus segera mengungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Gudang makalah, skripsi dan tesis. 2008. Upaya Penanggulangan Bencana Longsorhttp://gudangmakalah.blogspot.com/
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PLANOLOGI
LEMBAR ASISTENSI
NAMA                        : QUDRI SAUFI
            NIM                            : 41113A0025
            JURUSAN                  : TEKNIK PLANOLOGI
            MATA KULIAH       : GEOLOGI TEKNIK
NTB Terkini. 2011. Jalur Kawasan Pusuk Kembali Di Landa Longsorhttp://www.ntbterkini.com/xmlrpc.php
           
           Syawal, risky. 2011. Tata Cara Penanggulangan Longsorhttp://syawal88.wordpress.com/xmlrpc.php
 
           Geohazard zone. 2006. Pengenalan Longsor Untuk Penanggulangan Bencanahttp://gmpg.org/xfn/11
NO
TANGGAL
ASISTENSI
PARAF






                       Mataram,                              2012
                                                                                               Dosen Pembimbing
                                           
HENI PUJIASTUTI.,ST.,MMT.
                                                                                                 NID :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar